Ibu Impun
Pada pukul 11.00 tadi, saya pikir hari akan jadi hari yang sangat menyebalkan dan membuat saya emosi karena bete yang berlebihan. Di saat sedang menyerap ilmu di sebuah bimbingan belajar, ada berita bahwa foto yang seharusnya sudah dicetak untuk dipasang di pameran belum dicetak juga sampai sekarang. Masih tersisa tiga foto termasuk foto saya. Padahal pagi harinya saya cukup lega karena ada yang mengatakan bahwa hal itu sudah diatasi. Tapi ternyata belum sodara-sodara…
Setelah itu sesiangan saya mulai perjuangan mencetak klise hitam putih yang kami gunakan. Saya masukkan ke tempat foto yang cukup terkenal di Solo, Master Photo. Sudah saya berikan pengarahan bagaimana mereka harus mencetaknya. Dodgingnya, cropingnya, dan mereka iya-iya saja. Bahkan saya beri mereka contoh foto kecil percobaannya sebagai referensi cetak 10R. Setelah itu saya tinggalkan dengan hati tenang dan makan siang. Sekitar 1 jam kemudian, saya ambil foto tersebut dengan hati dag dig dug, dan terbuktilah kekhawatiran saya. Yang saya jelaskan bagaimana cetakan yang saya inginkan tersebut ternyata tidak dapat diaplikasikan pada cetakan karena mereka memakai sistem cetak digital saja. Bahkan mbak-mbak yang mencetakkan pun berkata, “wah, saya nggak mudeng dodging itu apa e mbak.” Kenapa tidak bilang dari tadi… Sia-sia sudah penantian dan uang saya. Setelah rasa mangkel yang menggerogoti agak reda, saya segera pergi dan mencari tempat lain untuk mencetak. Awalnya sempat saya mencoba beberapa tempat foto besar, tapi ternyata pencetakan manual dengan enlarger sudah sangat susah ditemukan. Akhirnya saya putuskan untuk mencetaknya di tempat cetak foto kilat 10 menit bisa ditunggu di daerah sebelah pengadilan. Setelah menjelaskan lagi dengan susah payah kepada si Bapak pemilik kios, beliau mengatakan akan mencobanya dulu.
Saat itu hati saya masih terasa panas. BT masih tingkat tinggi. Untuk ngadem, saya cari es teh. Warung sebelah tak ada. Demi kesegaran di siang yang panas, saya jalan sedikit dan sampai di sebuah kios rokok. Tak ada penjual. Makjegagik muncul ibu-ibu dari dalam kios yang ternyata baru bangun dari tidurnya yang hanya sekenanya menutup mata. Setelah hilang kaget, saya memesan es teh. Si ibu, yang kemudian saya kenal bernama Ibu Impun, mulai mengajak saya mengobrol. Kami memang cuma berdua di situ. Suaminya belum datang dan anaknya lelaki semata wayang masih bekerja di restoran steak di depan kiosnya. Ibu Impun mulai menceritakan kehidupannya sendiri. Seperti kawan lama yang sudah bertahun-tahun tak bertemu, beliau bercerita tentang rumahnya yang sangat jauh (Colomadu) dan mengapa memilih pindah rumah kesana padahal sebelumnya dekat, tentang anaknya yang hanya lelaki satu-satunya yang ia anggap wajahnya seperti bintang iklan gudang garam yang ganteng abis itu, tentang hal-hal yang ia lihat di jalan dan restoran selama ia menjaga kios yang ia sebut sebagai “iklan” dan “sinetron”. “Ning kene ra butuh tivi mbak… Wis koyo sinetron kabeh kelakuane wong2,” begitu ucapnya. Tak luput ia bercerita betapa sekarang susah mencari uang untuk orang kecil seperti dirinya. Sudah susah, penjual kecil juga pada kena razia. Ibu Impun yang tak setuju kalau pengamen dilarang mengamen, PSK digaruk bahkan sejak masih di jalan (menurutnya mereka seharusnya baru boleh ditangkap kalau sudah terbukti menjajakan diri), penjual jamu yang kena razia dan diobrak-abrik tokonya padahal mereka juga orang kecil meski menjual miras. Ahh, bagi Ibu Impun, pekat pun tak apa. Panyakit Masyarakat asal orang kecil akan ia bela meski ia juga tak bisa apa-apa. Mengobrol sesorean bersama Ibu Impun membuat hati saya yang tadinya terbakar menjadi dingin dan sejuk.
Beliau menyebut dirinya sendiri orang jalan. Hidup di jalan demi menyambung hidup. Berkenalan dan mengobrol dengan orang jalan, di jalan yang sebenarnya sering dilewati, dengan seorang ibu yang menyenangkan, membuat hari saya itu tidak jadi menyebalkan. “Omong-omong ning dalan entuk sedulur”, begitu ibu Impun menyebut pertemuan kami hari itu. Memang inspirasi dan ketenangan bisa datang dari mana saja. Ketika Tuhan ingin menunjukkan maksud yang Ia rencanakan seharian untuk kita, Ia akan menunjukkannya dengan berbagai cara. Mungkin ini salah satunya. Pertemuan sederhana, namun membekas dan menyenangkan untuk saya.
Nah, ada yang mau ketemu saya biar nggak BT?? *loh, kok nggak nyambung* 🙂
Mei 30, 2009 pada 12:34 am
saya juga nggak sepakat …
*nggak sepakat opo tho*
Mei 30, 2009 pada 12:35 am
selalu ada pesan yang dari sebuah rangkaian peristiwa…
Mei 30, 2009 pada 10:54 am
es teh disini namanya tea o ice… hahaha
Mei 30, 2009 pada 11:24 am
hai..hai..tukeran banner donk. silahkan kunjungi blog saya
dayapunya.blogspot.com..thanks..
Juli 14, 2009 pada 2:40 pm
sudah saya bikin yah… ^^
Mei 30, 2009 pada 9:04 pm
keren,
salam buat ibu impun yah…
Mei 31, 2009 pada 8:30 am
heemmm
numpang lewat sebentar survei ha ha ha
kaya tim sukses aj
salam kenall ya
Mei 31, 2009 pada 11:00 am
Kok ora nyetak ning Soeit Fong wae?
Mei 31, 2009 pada 5:46 pm
ho’o suit pong murah.. lho ;))
*mo ada pameran apa tho ?? BW ??
Juni 2, 2009 pada 6:37 am
prihatin gk abis2 jadi orang Indonesia 😀
btw., kabar fotonya gmn..???
kapan pameran..??
Juni 5, 2009 pada 5:51 pm
wew..suka pameran foto ya sHa…mantap betul…btw, ketemu orang2 dijalanan bagi orang2 berwajah internet kayak blogger memang akan menyuguhkan kenangan dan kesan tersendiri…jelas, lha wong kehidupannya berbeda..hehehe 😀
Juni 6, 2009 pada 1:51 am
@ciwir : hla enaknya apa ni kang? Hehe
@senoaji : bener banget itu…
@raffaell : apaan tuh? Namanya jadi lucu. Hahahaa 😀
@dhe : makasih uda mampir ya… 🙂
@suryaden : nanti insyaAllah saya sampaikan mas…
@masnoer : salam kenal juga… ^_^
@dony alfan : mereka gag bisa cetak manual mas… Adane digital
@raiderhost : iya,pameran BW alias Black n White…
@inidanoe : jangan cuma prihatin ahh. Ngapain ya? Hehe. Uda ne pamerannya… Kamu telat ahh…
@nurrahman18 : kalo menurut saya buat semua orang se mas. Yang penting berpikiran terbuka,jadi yang dia dapet bisa tersaring ke otaknya,nggak sekedar lewat sambil lalu aja…
Juni 8, 2009 pada 10:06 am
pasti ada hikmah dibalik pertemuan itu, sukses aja deh untuk pamerannya…
Juni 8, 2009 pada 10:07 am
hey..hey..hey… selamat yach… kamu mendapat Award dari-ku. Silahkan kunjungi blog saya di http://masiqbal.net/bertuah-award-2009.php untuk lebih jelasnya. Salam Blogger!
Juni 10, 2009 pada 4:55 pm
sore SHA
p[a cabar?
semangat ya ok
salam hangat selalu
Juni 12, 2009 pada 10:21 am
pagi SHA
semangat ya
salam hangat selalu
Juni 12, 2009 pada 11:43 am
ho’oh
Juni 13, 2009 pada 1:57 pm
met berakhir pekan sahabat
semoga menyenangkan
salam hangat selalu
Juni 15, 2009 pada 11:55 am
lho kok ijik ibu impum?
lha mas ciwir kapan ya?
huahahaha
Juni 16, 2009 pada 9:42 am
boleh juga….kamu dimana???main kesini dunk..ke escampur88.blogspot.com
Juni 19, 2009 pada 2:45 pm
peristiwa yang ujug-ujug itulah yang membuat hidup lebih hidup….kalau semua seperti yang kita rencanakan..hidup pasti sangat mboseni..
Juni 22, 2009 pada 11:16 am
Blh jg tu ktmuan…tp ktm dmn?
he..he..salam kenal… 🙂
Juni 24, 2009 pada 7:35 pm
selamat malam jeung
pa cabar?
blue selalu berharap u selalu bahagia
salam hangat selalu
Juli 2, 2009 pada 10:24 am
Baca tulisanmu ini, hatiku tersentuh…
ini nih yang namanya tulisan kehidupan…
Juli 2, 2009 pada 9:32 pm
wah makjegagik itu lucu… 🙂
Juli 3, 2009 pada 6:56 am
HHm…Lama ga update yawh…..
Juli 3, 2009 pada 10:05 pm
silakan kunjungi blog saya, di lakstian.blogspot.com
Juli 6, 2009 pada 11:41 am
Haloo kawand..
memang sekarang banyak orang yang mulai sadar dengan kehidupan masyarakat luas, termasuk lika liku hidup, yang sangat sulit ini..
ibu itu memiliki sifat yang kritis dalam segala hal..
seharusnya banyak orang yang menjadikan dia sebagai teladan yang baik…
namun juga harus diimbangi dengan tindakan yang nyata,,,
hgehehehe